‘Tanah Cita-Cita”



"Tentang cita-cita yang harus diwujudkan"

“Tanah Cita-Cita” Film produksi Pustekkom 2016. Film ini bercerita wajah Pendidikan di Bima. Film Tanah Cita-Cita tak hanya membahas soal Pendidikan, tapi ada selipan politik desa, tradisi atau budaya pacuan kuda, tenung khas Bima, serta banyak lagi hal yang diselipkan.

Rayhan sebagai tokoh kepala sekolah merupakan salah satu pemuda yang pernah kuliah di Jakarta. Beliau bercita-cita akan Kembali mengabdi menjadi guru di Bima. Berbagi cerita, pengalaman, dan ilmu bersama anak-anak. Beliau mendedikasikan dirinya untuk memajukan Pendidikan di Bima.

Pak Rayhan dalam memajukan Pendidikan di bantu oleh Cita yang berasal dari Jakarta. Sebagai pengajar baru, Cita merasa aneh dengan sistem Pendidikan di sekolah tersebut.

“Bu, boleh saya bertanya? Bolehkah saya pulang? Saya harus latian berkuda, Bu!” Izin Bima, Ketika Cita pertama kali masuk mengajar di sekolah di Bima.

Hal demikian, Cita merasa aneh dengan sistem sekolah tersebut.

“Bagi ibu yang bukan asli dou Mbojo, itu (Pacuan Kuda) hanya perlombaan. Tapi bagi kami, masyarakat di sini, itu adalah segala-galanya dan juga identitas budaya serta kehormatan” kata Pak Sumali salah satu staff pengajar di sekolah tersebut.

****
Metode belajar di alam. Belajar itu tanpa batas ruang dan waktu, belajar itu tidak hanya 5 cm yang hanya menghafal dan membaca, tapi belejar itu 2 Meter, menggerakkan seluruh jiwa dan raga untuk memahami proses hidup.

Kecerdesan itu bukan hanya kognitif yang berisi hanya hafalan”, tapi kita juga harus mengembangkan psikimotorik. Jadilah guru yang kreatif dan inovatif untuk bisa menginspirasi anak-anak. Kalau anak-anak tidak tertarik pada KBM, maka kita akan menganggap mereka semuanya bodoh. Sebaiknya kita meningkatkan minat belajar mereka dengan hal-hal yang menyenangkan.

Ada selipan sejarah. Atau menceritakan Bersatu untuk mimpi yang sama. Dalam hal ini, dijelaskan bagaimana generasi sekarang untuk berperang bukan menggunakan fisik tapi otak.

“kenapa kita harus Bersatu?” tanya anak-anak

“Kalau kita tidak Bersatu, maka kita akan patah”. Jawab pak Rayhan.

****
Pak Rayhan menerapkan program Pendidikan “Tanah Cita-cita”. Tanah harapan, tanah cita-cita bagi anak-anak kita. Dengan demikian, Maka lahirlah anak-anak yang cinta pada tanah kelahirannya.

Program ini mengajak anak-anak untuk berkebun. Biar mereka bisa membangun harapan untuk tanah kelahirannya. Mereka belajar manfaat dan cara menanam dari para petani dengan turun langsung.

Kepala sekolah berusaha untuk tidak hanya menggunakan metode belajar konvensional. Tapi perlu ada Langkah yang sedikit radikal untuk mengubah paradigma pendidikan anak-anak di Bima.

Program ini justru banyak penolakan dari masyarakat. Sebab mereka tidak mau anak-anaknya sekolah di alam (sungai, bukit, di sawah), tapi mereka menginginkan anak-anaknya sekolah di ruangan aja, karena buat apa sekolah dibangun kalau bukan buat sekolah. Banyak anak sekolah yang dilarang oleh orangtuanya untuk sekolah, bahkan ada yang mengambil anaknya saat belajar.

Terkait hal ini, Pihak dinas sempat mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah dan wali murid untuk mempertanyakan, kenapa program “Tanah Cita-Cita” diadakan dalam sekolah tersebut.

Dengan tenang kepala sekolah menjawab semua pertanyaan yang dari berbagai kepala. Beliau bilang “Sekolah bagaikan taman, datang dengan senang hati, di dalami dengan riang hati, dan meninggalkannya dengan berat hati”

Ada film seperti Film Tanah Cita-Cita, sebut saja Film Tanah Borneo Indonesia (Film Pendidikan, Kalimantan), Tanah Surga Katanya (Film Pendidikan, Kalimatan), Jembatan Pensil (Film Pendidikan, Sulawesi Tenggara, di Kabupaten Muna), Laskar Pelangi (Film Pendidikan, Bangka Belitung), Di Timur Matahari (Film Pendidikan, Papua), Denias (Film Pendidikan dari Papua), ada juga film Serdadu Kumbang, tidak jauh beda dengan film Tanah Cita-Cita (Film Pendidikan, Sumbawa), serta banyak lagi film pendidikan buat anak-anak Indonesia.

Ini semua tentang cita-cita dan bagaimana kita mewujudkannya.

‘Tanah Cita-Cita”

Indonesia!

Tanah Cita-Cita bagi ia yang mewujudkannya.
Bukan tak melakukannya apa-apa
Bukan pula berpangku tangan, diam mengaguminya saja.

Indonesia!

Tanah harapan bagi mereka
Mereka yang mau berkejaran
Mendulang masa depan
Mengukir makna hidup

Kita adalah teladan bagi cinta
Kita adalah sahabat bagi cita-cita
Kita adalah semangat untuk masa depan

Nonton Filmnya di sini ya Guys. (https://youtu.be/NsJaQ9gN7Mw)


Komentar