"Nangi Dana Tambora"

Foto : FB Rozali 

Tambora namanya....
Sosok bertubu besar
 Tinggi dan perkasa

Tambora namanya..
Menggetarkan Bumi
Menghalau cahaya
Hujan debu
dan Lahar panas

Pilu, pilu dana Tambora.

Sekitar dua abab silam, letusan dashyat gunung Tambora menggemparkan dunia. Dalam tulisan Fahrurizki “Kesaksian Raja Sanggar saat Letusan Tambora”, bahwa letusan dahsyat gunung Tambora menelan dua kerajan Tambora dan Pekat lenyap di permukaan. Dari letusan tersebut telah memakan ribuan korban jiwa dalam beberapa jam saja. 2000 jiwa dari kerajaan Pekat meninggal dan 6000 jiwa di Tambora lenyap.

Daerah sekitar Tambora yang berada di pulau sumbawa tertutup hujan abu. Fahrurizki (2019) Sumbawa, Dompu, dan Bima tertutup oleh hujan abu selama dua hari. Bahkan sultan Sumbawa meninggal dunia akibat dari udara yang sudah tekontaminasi oleh sulfur.

Letusan gunung Tambora tak hanya berdampak pada kehidupan masyarakat sekitar, tapi telah melayangkan hujan abu di dunia, misalnya di Eropa, kekalahan yang Napoleon oleh bencana Iklim yang ditimbulkan letusan Gunung Tambora (Ridzki R. Sigit, 2015)

Tambora gunung yang tinggi dan perkasa. Namun, setelah Meletus tinggal separuh yang sersisa.

“Nangi Dana Tambora” lagu yang diciptakan oleh Nickyrawi atau biasa disapa dengan panggilan manja “Gus Irul”. Nangi Dana Tambora merupakan salah satu lagu yang menceritakan suasana letusan dahsyat tersebut, meruningi lirik lagu ini mendatangkan pilu di masa Silam.

Berikut lirik lagu dan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan dalam lagu ini sangat filosofis, bahkan saya tidak dapat mengartikan dengan baik, memang agak sukar. Lirik dan terjemahan ini saya dapat di video klip (https://youtu.be/hI_hsWLwod8?list=RDhI_hsWLwod8) “Nangi Dana Tambora” (Cover : Tari Juliati)



“Nangi Dana Tambora”
Oleh : Nickyrawi (Gus Irul)

Rindi langi madawara langa
(Langit Gelap yang kelam)
Pana kacaka ma kahaka dana
(Panas menyengat yang meretakkan tanah)
Obu ma losa na tapaku ura
(Abu yang keluar menahan hujan)

Dahu sa'ida dou sa'udu
(Banyak orang yang merasa takut dan cemas)
Au mandadi ti bae kai ba ade
(Apa yang terjadi tak di sangka-sangka)
Salanca sanggentu dou ma ngganta
(Terlepas sarung Ibu yang hamil)
Kangginti kangginda
(Gempa Menngguncang)
Pila rasa pila rasa ma tanggundu.
(Banyak desa yang hancur)
Ededu' katada kai ba Ruma
(Allah menunjukkan tanda kebesaran-Nya)
Na'e ro ntoru di samena na ade
(Keagungan dan kemuliaan di atas Segenap hamba-Nya)

Mbere afi ....  Mbere moti .....
(Banjir lava, banjir lautan)
Oro runduna kone nifi-nifi....
(Tersapu bersama mimpi-mimpi)

Mbere afi ....  Mbere moti .....
Oro runduna kone nifi-nifi ....

REFF:
Nangi-nangi dana tambura
(Tanah Tambora Menangis)
Baru mbere oi mada
(Berlinang air matanya)
Ringana rasa-rasa na ma mudu
(Mendengar desa-desa yang terbakar)

Leli-leli doro tambura
(Hancur gunung Tambora)
Maina bala ri loa di tula
(Datangnya bala tak dapat ditolak)
Sakali kakila na mpili rompana
(Sekali menyambar sakit dan berbekas)

Piri-piri rasa tambura
(Pilu desa Tambora)
Dou-dou mpoi rai tampara
(Banyak orang yang berlarian karena panik)
Na busi dunia bune wadu di mangemo
(Dunia terasa dingin batu pun berterbangan)

Reff 2X
Semoga bermanfaat…
Tombara Namanya.......

Fath MK. Bagaimana bahasa, susah toh? Saya sendiri susah mengartikannya, kepengen belajar? Saya sarankan Jangan.. Ma Loroku. Mai Ta Baca, Ta tunti, ta Mbolo Weki.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kereta Cinta belum Sampai

‘Tanah Cita-Cita”

Dialektika Perasaan