Penumpang Gelap
“Luka dibalik Meleburnya BEM-SI”
Pukul 14: 27, saya dan Mas Adit berangkat dari Universitas Negeri
Yogyakarta menuju Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk mengikuti aksi
penolakan Pak Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) yang diundang oleh
rektorat UMY sebagai pembicara bersama Pak Anis Baswedan (Gubernur Jakarta)
dalam acara yang bertajuk “Government Gathering On Good and Green
Governance”. Dalam acara ini, Pak Anis tidak bisa hadir, Pak Anis hanya tampil
melalui Video Conference. Saya sendiri tidak tahu kenapa pak Anis tidak bisa hadir
dalam acara tersebut.
Sesampai di UMY, kami melihat teman-teman Aliansi UMY Bergerak dan
beberapa teman-teman dari BEM-SI yang bergabung dalam aski tersebut sedang
berkumpul untuk melanjutkan aksi. Selain penolak terhadap Gubernur Jateng
tersebut sebagai pembicara, Aliansi UMY Bergerak juga membawa beberapa
tuntutan, termasuk ada tuntutan dari Aliansi BEM-SI. Kami merasa Pak Ganjar
gagal memberikan kenyaman untuk masyarakat Jateng. Sebelum bergabung
bersama masa aksi yang lainnya, saya dan Mas Adit Sholat dulu di Masjid UMY,
sepanjang jalan menuju Masjid saya perhatikan kiri-kanan, Gedung-gedung
kampus UMY menjulan tinggi. Masjidnya membuat saya menggeleng-nggelengkan kepala, rapih dan bersih, mahasiswa dengan lantunan ayat suci AlQur’an yang indahnya menjadi pernyejuk hati, dosen-dosennya sangat lihai dalam membina mahasiswanya, sudut kanan, kiri, depan, belakang, tengah semua sedang
bersama Al-Qur’an dengan dosen sebagai pembimbingnya. Saya membayangkan
sang Surya Ki Haji Ahmad Dahlan.
Seusai Shalat, kami berdua langsung berjalan balik menuju tempat aksi,
teriakan salah satu orator dengan kalimat menghujat Pak Ganjar dibersamai oleh
rintik hujan, saat kami mau menuju tempat aksi hujan semakin deras, Sehingga
membuat kami tidak bisa melanjutkan perjalanan. Kami istrahat bersama Mbak
Rafidah Wakil Ketua BEM KM UNY. Sambil menunggu hujan reda, saya
mengeluarkan buku untuk dibaca sebagai penghibur di tengah kedinginan angin
yang membawa hujan. Buku yang berjudul “Sebuah Lorong di Kotaku” Karya Nh.
Dini mampu membuat hati dan pikiranku kembali hangat sambil senyum sendiri di tengah hening suasana di Lorong kampus Fakultas Hukum Universitas
Mahammadiyah Yogyakarta.
Hujan telah reda,saya menutup buku sambil membuka taslalu memasukkan
bukunya. Kami bertiga bergegas untuk menimbrung bersama masa aksi lainnya,
masa Aksi terlihat lelah. Mereka berdiri dari Pukul 13:34 WIB, walau lelah mereka
pantang mundur. Aksi itu dimeriakan oleh orasi dari para mahasiswa aliansi
mahasiswa UMY Bergerak, pembacaan puisi, dan nyanyian lagu-lagu pemersatu
mahasiswa seperti Darah Juang. Langit pun ikut nangis dalam aksi tersebut. Hujan
bukan menjadi penghambat bagi para aktivis yang berdiri diatas idealismenya.
“Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, hidupku, matiku, dan perjuangkanku hanya
untuk Tuhan Semester Alam”. Teriakan itu sangat menggelitik.
Aksi itu akhiri dengan pembacaan tuntutan. Koordinator Umum
membacakan tuntutan tanpa ada satupun median yang hadir untuk meliput atau
mengambil foto dan video pembacaan tersebut. Setelah pembacaan tuntutan,
Presiden BEM KM UMY, bang Iqbal menyampaikan kondisi yang terjadi di dalam
Sportorium, mereka di dalam sudah berusaha untuk memberikan pertanyaan
memancing dengan mosi tidak percaya kepada Pak Ganjar dan bahkan membawa
map yang berisi Rapor Merah untuk Pak Ganjar, tapi Pak Ganjat tidak menanggapi
dengan baik, beliau malah bilang mereka dirasa tidak sopan. Selain itu, Bayu ketua
BEM KM UNY sebagai perwakilan BEM-SI dalam aksi tersebut juga
memberitahukan tentang media-media yang mereka undang dalam aksi tersebut,
bahwa para reporter tidak bisa hadir saat pembacaan tuntutan, karena kata mereka
harus kejar deadline untuk meliput cepat. Bagi mereka data yang didapatkan di
dalam dan di luar sudah cukup, karena di pembacaan tuntutan sama saja, hanya
pembacaan ulang hasil tuntutan yang masa aksi sampaikan dalam orasi-orasinya.
Aksi telah selesai, seperti aksi-aksi biasanya pasti ada evaluasi terkait
dengan proses jalannya aksi, kekuragan seperti apa, kesalaha-kesalahan yang
dilakukan masa aksi seperti apa, de el el. Sebelum dibuka, dari raut wajah sebagian
besar masa aksi menunjukkan kekecewaan, saya belum tahu permasalahannya apa
dan bagaimana. Pembukaan oleh moderator dan mempersilahkan masa aksi untuk
menyampaikan evaluasi. Masa aksi yang berkacamata, saya lupa nama yang
menyampaikan evaluasi pembuka. Mendung sore itu memberikan isyarat bahwa, akan terjadi perdebatan yang sangat alot dalam evaluasi tersebut. Pantikan pertama
dalam evaluasi sore itu, mempertanyakan media yang akan melupit aksi. Menurut
beliau bahwa aksi tersebut telah keluar dari kesepakatan semalam. Media
seharunsya hadir untuk menyaksikan konferensi Pers, perangkat aksi tidak dihargai
dan tidak berjalan sesusi dengan kesepakatan bersama.
Evaluasi dilanjutkan oleh bung Indra, sosok mahasiswa UMY dari timur
yang bergabung dalam Aliansi UMY Bergerak. Mengungkapkan kekecewaan
terhadap aksi sore itu dalam evaluasi tepat pada pukul 17:20, setelah saya buka hp
dari kecil saya Fadly, “Ada penumpang gelap dalam Aksi ini, kita telah melanggar
kesepakatan semalam” ujar bung Indra dengan dana yang tegas, terlihat dari mimic
muka beliau kemarahan besar, muka menunjukan kemurkahan terhadap apa yang
sedang deliau lihat dan dengar sebelumnya, saya perhatikan baik-baik gestur beliau,
wajah memerah dan getaran tangannya sebagai representasi kekecewaan dan
kemarahannya. Bagi teman-teman Aliansi UMY Bergerak sosok Indra terkenal
dengan sifat kalem dan pendiamnya. “Aku baru melihat bung Indra marah seperti
ini, biasanya beliau terkenal dengan kalem” gumam Paman Aya, Panggilan dari
Mahasiswa daru Nusa Tenggara Timur tersebut. Setelah bung Indra menyampaikan
kekecewaannya, gemuruh suasana sore itu memanas disaksikan oleh mendung
langit menjelang masuk Waktu Maghrib, terlihat jelas mendung gelap lalu
menjatuhkan air Hujan. Kami berpindah tempat ke depan Sportorium UMY untuk
melanjutkan evaluasi tersebut.
Sebelum berpindah ke Sportorium, ada usaha saling klarifikasi, saling
lempar Argument, suasana itu menjukkan sedikit akan memanas dan saya
membayangkan aka nada adu jotos, dapat dilihat dari gerak-gerik dari beberapa
teman-teman aliansi UMY Bergerak ingin berdiri mendakati mas Bayu sebagai
Perwakilan BEM-SI Koordinator Wilayah DIY-Jateng. Dalam evaluasi tersebut,
hampir semua teman-teman dari aliansi UMY Bergerak menunjukkan kemarahan
mereka terhadap tindakan dari BEM-SI yang anggap telah melanggar kesepakatan.
Mas Bayu memberikan penjelasan ulang terhadap bahwa hasil dari teman-teman
media sudah merasa sudah cukup setelah melihat kondisi di dalam dan di luar,
sehingga mereka tidak sempat untuk mewawancara beberapa perangkat aksi sesuai
dengan kesepakatan bersama selamam. Teman-teman Aliansi UMY Bergerak merasa dihianati setelah mendengar klarifikasi atau tanggapan dari pertanyaanpertanyaan mereka yang ajukan kepada mas Bayu.
Pukul 17:56 WIB, riuh masa aksi yang berjalan menuju Sportorium, kami
duduk tanpa menunggu waktu lama, salah satu dari Aliansi UMY Bergerak
mengajukan pertanyaan menggelitik di tengah gelapnya Lorong, teredengar di
telinga lantunan Adzan Maghrib dari arah masjid UMY. Pertanyaan yang pertama,
“Apakah aksi di dalam ada Konferensi Pers?” dan pertanyaan kedua “Apakah
yang diwawancara sesuai dengan kesepakatan bersama?”. Dua pertanyaan itu,
tidak dijawab secara detail dalam evaluasi tersebut. Namun, ketika saya mendengar
hasil chat dari Bung Raihan bersama media Tempo Mbak Shinta, chat mereka
berdua cukup Intense juga, sehingga tidak menimbulkan Miscomukasi. Mbak
Shinta menjelaskan bahwa mereka tidak lagi membutuhkan wawancara di luar,
karena data yang mereka butuhkan sudah cukup, seperti ungkapan dari Mas Bayu
di atas. Kemudian Bung Raihan menlanjutkan, beliau diminta untuk diwawancara,
beliau menolaknya, karena beliau komitmen dengan kesepakatan semalam, ada
perangkat aksi yang harus diwawancara sesuai prosedurnya. Lanjut terkait dengan
Mbak Shinta harus pulang cepat untuk mengejar deadline nulis, agar beritanya
cepat dimuat dan telah mengoordinasi dengan BEM-SI terkait dengan selanjutnya.
Memang para media tidak pernah mewawancarai Koordinator umum, Koordinator
lapangan, atau perangkat aksi lainnya, selain Mas Bayu dan Bang Iqbal. Bang
Raihan mengapresiasi kajian teman-teman BEM-SI memang dalam. Evaluasi
tersebut terus berusaha untuk mencari siapa yang salah dalam aksi tersebut!
Paman Aya menyampaikan tanggapanya dalam evaluasi aksi tersebut.
Baginya persoalan yang diperdebatkan adalah suatu yang subtansial, bukan juga
soal eksistensi siapa yang menjadi subjek dalam aksi tersebut, tapi kita harus
menjunjung tinggi yang telah kita sepakati bersama. Salain itu, baginyan konferensi
pers suatu hal yang mendasar dala suatu aksi. Kalau memang seperti ini yang terjadi
seharusnya teman-teman BEM-SI harus menjunjung tinggi kesepakatan bersama,
manajemen aksi dilanggar. Paman Aya juga menyampaikan evaluasi persoalan
waktu dan kedewasaan dalam berorganisasi, beliau mengaku dirinya datang
terlambat tak sesuai denga kepakatan semalam. Di bawah Lorong Sportorium, Koordinator umum menyampaikan hasil dari
kesepakatan semalam, bahwa BEM-SI hanya melebur dan menitipkan kajian dalam
aksi aliansi UMY Bergerak. Bagi mereka tidak ada dua Aliansi, sementara di media
yang telah dimuat dalam Kumpara, jelas-jelas menunjukkan bahwah BEM-SI
berkuas dalam aksi tersebut. Nama Mas Bayu terpampang di media dan
menjelaskan ada dua Aliansi. Mereka merasa kecewa dengan berita yang dimuat di
Kumpara, keberadaan BEM-SI sangat mengecewakan. Mas Bayu memaparkan
bahwa aliansi yang pertama dari BEM-SI dan kedua Aliansi UMY Bergerak. Narasi
seperti yang kemudian mereka tolak dan kecewa terhadap tindakan BEM-SI.
Moderator memberikan kesempata Mas Bayu untuk menanggapi lagi,
menurut beliau perkara nama saya yang dimuat dalam tulisan itu, di luar kuasa saya.
Para penulis berita ketika wawancara pasti akan menanyakan identitas kita. Dalam
berita pun harus ada nama yang diwawancara. Tapi pendapat tersebut bagi temanteman aliansi UMY Bergerak malah merasa itu cuma pengalihan opini dari Mas
Bayu saja.
Paman Aya kambil bersuara setelah membaca hasil beritanya dari Kumpara,
beliau merasa narasi Kumpara mendiskriminasikan atau memojokkan Aliansi
UMY Bergerak, lalu BEM-SI menitipkan kepentingan pribadi dalam kepentingan
bersama. Selain itu, Paman Aya juga merasa Mas Bayu telah menuggangi Aksi
tersebut.
Bung Indra menyampaikan tanggapan terakhirnya “Hal yang disepakati
jangan dibuang, BEM-SI bukan kawan yang baik dalam berjuang”. Tegasnya
dalam menutup pembicaraan evaluasi tentang eksistensi aksi pada Maghrib itu.
Tidak ada lagi tanggapan setelah itu, teman-teman Aliansi UMY Bergerak
mempersilahkan kami dari BEM-SI untuk pulang, karena mereka akan melakukan
evaluasi internal. Kami dari BEM-SI bangkit dari tempat duduk untuk balik ke
UNY, teman-teman yang berdebat dalam evaluasi juga ikut bangkit untuk
bersalaman dan meminta maaf atassegala ujaran dan hujatan yang lontarkan kepada
kami (BEM-SI).
Tulisan ini saya berusaha untuk membangun pandangan yang objektif. Saya
hanya menulis suasuna yang terjadi saat itu. Jika beberapa pihak yang disebutkan
namanya ditulisan ini. Saya siap untuk bertanggung jawab, jika ungkapan atau kalimat yang tidak sesuai, saya akan klarifikasi terkait dengan hal tersebut. Karena
saya tidak menulis semua perdebatan tersebut. Saya hanya menulis beberapa
perdebatan dan argumentasi yang relevan saja. Semua kalimat yang tertera dalam
tulisan ini. Saya ambil dari hasil tulisan saya dalam evaluasi tersebut. Jika dirasa
membutuhkan arsipnya tersebut, saya siap untuk menunjukkannya. Sekalgi tulisan
ini, saya ingin membangun cara pandang objektif, saya tidak berusaha untuk
menjatuhkan satu pihak, walaupun sangat berat saya untuk membela keluarga saya
dari Kawan-kawan BEM-SI. Saya tahu Mas Bayu tidak bermaskud seperti apa yang
saya cerita diatas atau seperti yang dimuat dalam media, itu hanya miscomunikasi
saja. Saya juga tidak bisa menyalahkan mereka, karena mereka berdiri di atas
kebenaran bersama.
Saya mengakui tulisan ini, tidak begitu dalam sampai pada tahap wawancara
beberapa pihak yang ikut berdebat. Bahkan untuk mencari tahu latar belakang
mereka tak sempat. Mungkin kayak para media yang mengejar deadine nulis,
mumpung ingatan masih hangat dan jernih. Wkwkw
Silahkan sampaikan jika ada yang tidak sesuai!
Komentar
Posting Komentar