Menolak Passion

Waktu kuliah saya orang yang lumayan aktif mengikuti seminar atau diskusi tentang pengembangan diri. Hampir semua pemateri ketika ditanya "Bagaimana supaya bisa berkembang dan bisa menjadi orang yg menginspirasi atau bermanfaat?" "Bagaimana saya dapat menemukan kelebihan dalam diri saya?" Pertanyaan ini brengsek sih. 

Hampir semua narasumber menjawabnya "Kamu perlu menemukan passion mu". Mendengar jawaban mereka saya termotivasi untuk terus mencari sebenarnya saya suka apa sih? Motivasi besar saya jadi apasih? Saya menggali dan terus memahami diri saya, lebih condong ke mana? 

Jawabannya sampai sekarang belum bisa saya jawab. Jadi penulis bukan passion saya, peneliti juga bukan, publik speaking juga bukan. 

Biar lebih jelas, jelaskan dulu arti Passion secara sederhana dengan bahasa manusia. Jadi secara singkat, passion adalah sebuah keinginan untuk melakukan sesuatu dengan motivasi, keinginan, dan antusiasme tinggi. Bisa dikatakan dengan emosi yang sama-sama kuat, menjadikan seseorang melakukan sesuatu dengan antusias.

Setelah saya selesai kuliah, saya memperbanyak referensi bacaan, nonton Channel orang-orang yang idealis, dan informasi lainnya. Saya menjadi ragu dengan istilah "Passion", bahkan sampai pada titik menolak passion. 

Suatu ketika saya gagal dalam memahami bahasa Inggris, saya gagal tes TOEFL, saya gagal menulis esai tentang ekonomi, dan kegagalan lainnya. "Lah, ini bukan passion saya".

Passion itu menjadi penghambat kita untuk bertumbuh di bidang yang lain. Ketika gagal, selalu beralasan. Passion membuat kita selalu beralasan. Belajar itu adalah kewajiban, jangan membatasi diri dengan passion.

Pemikiran saya ini bisa benar dan bisa salah. Silakan dikritik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kereta Cinta belum Sampai

‘Tanah Cita-Cita”

Dialektika Perasaan